Kamis, 18 Oktober 2012

Lambang dan Kegiatan Shorinji Kempo




Awalnya, lambang Shorinji Kempo adalah Manji (dalam bahasa sansekerta: svastika/swastika). Di Asia Timur, manji telah dikenal sebagai simbol ajaran Budha. Manji sendiri lebih tua dari ajaran Budha dan memiliki arti yang sangat dalam. Manji mewakili pergerakan alam semesta dalam kehidupan, yaitu bahwa semua hal itu serba berlawanan: surga dan neraka, siang dan malam, positif dan negatif, pria dan wanita, timur dan barat, utara dan selatan, dan lain-lain. Manji mewakili pemikiran ini, garis vertikal mewakili simbol surga dan neraka, sedangkan garis horisontal mewakili terang dan gelap (kebaikan dan keburukan di dunia). Kedua garis ini bersatu dalam bentuk salib, garis-garis pendek di ujung salib berarti bahwa alam semesta ini selalu berubah, tidak pernah mencapai ketetapan.

Terdapat dua macam manji, yang berputar ke kiri (Omote Manji) mewakili kasih sayang, dan Manji yang berputar ke kanan (Ura Manji) yang mewakili kekuatan atau kepandaian. Keduanya dipakai bersamaan, di mana semangat untuk menyayangi orang lain sebagaimana menyayangi diri sendiri ditekankan dalam ajaran Budha. Hal itu hanya dapat dicapai dengan kekuatan/kepandaian yang diwakili oleh ura manji, untuk mengembangkan seseorang menjadi manusia yang dapat diandalkan, yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat, yang diwakili oleh omote manji. Dalam filsafat barat, manji juga dimaknai sebagai 4L: Light (Cahaya Tuhan), Life (Kehidupan), Love (Kasih Sayang) dan Liberty (Kebebasan). Manji yang pernah digunakan sebagai lambang Shorinji Kempo adalah omote manji, yang menyiratkan bahwa dibalik kasih sayang terdapat kekuatan.

Manji juga dikenal dalam bentuk Tate Manji (Manji Perisai), yaitu Manji yang dikelilingi empat perisai yang melambangkan teman yang saling melindungi dan menolong serta menjaga keadilan. Lambang inilah yang diadopsi menjadi lambang Perkemi pada tahun 1966-2005, tate manji di mana perisai diterjemahkan sebagai bunga teratai yang melambangkan perdamaian.

Pada saat seseorang menyadari bahwa manusia adalah bagian penting dari pergerakan dan perubahan alam semesta, maka di situlah dia akan menemukan arti kehidupan. Keadaan inilah dalam zen disebut dengan satori. Dengan mencapai keadaan satori maka hubungan antar garis dalam manji menjadi penuh, berputar terus menerus sehingga menjadi sebuah lingkaran (atau angka nol), yang menandakan kita telah mencapai keadaan kosong, suci, murni sebagaimana seorang bayi yang baru lahir.

Dalam sejarah, manji yang berputar ke kanan diadopsi oleh Adolf Hitler sebagai lambang Partai NAZI di Jerman pada tahun 1940-an, sehingga masyarakat lebih mengenal manji sebagai lambang NAZI. Dalam perkembangannya, Shorini Kempo tersebar ke negara-negara Eropa. Lambang Shorinji Kempo berupa Manji tidak dapat digunakan karena menyerupai lambang NAZI yang dilarang penggunaannya di Eropa sehingga Shorinji Kempo di Eropa menggunakan lambang yang berbeda, yaitu tulisan kanji “ken” yang dikelilingi empat perisai (tate ken).

Untuk menyeragamkan lambang Shorinji Kempo sedunia, pada 1 April 2005 World Shorinji Kempo Organization (WSKO) menetapkan lambang Shorinji Kempo yang baru. Dua lingkaran di tengah melambangkan diri sendiri dan orang lain, kekuatan dan kasih sayang, jiwa dan raga, surga dan neraka, positif dan negatif, yin dan yang. Empat perisai yang mengelilingi lingkaran melambangkan keyakinan bahwa kita harus melindungi dan membela kebenaran dan keadilan. Empat titik pada perisai melambangkan surga, neraka, yin dan yang. Sedangkan lambang Perkemi tetap mempertahankan bentuk omote manji yang melambangkan keharmonisan kasih sayang dan kekuatan, namun diubah menjadi tidak bersiku tetapi melengkung dan berlatar belakang warna merah putih yang melambangkan Indonesia.

Dengan lambang yang baru tersebut maka Shorinji Kempo sedunia menggunakan lambang yang sama di dada kirinya, sedangkan di lengan kanan terpasang lambang organisasi Shorinji Kempo negaranya (Perkemi di Indonesia). Di lengan kiri terpasang badge dojonya atau daerah yang diwakilinya atau lambang Pelatih/Penguji.

Shorinji Kempo di Jepang, menyelenggarakan dua kegiatan utama:

1. Taikai

Merupakan kegiatan latihan bersama dan pertandingan se-Jepang atau sedunia sebagai salah satu cara menyebarkan Shorinji Kempo, dengan esensi bahwa:
Kita memberikan hasil latihan kita kepada pihak-pihak yang telah membantu kita dalam berlatih dan mengembangkan diri
Kita mempererat rasa persaudaraan dan solidaritas serta meningkatkan kesadaran kita akan ikatan persahabatan yang menyatukan kita;
Taikai membantu mengembangkan pemahaman dan kerjasama yang kita terima dari orang-orang di luar Shorinji Kempo.

Taikai harus memberikan esensi dari falsafah Shorinji Kempo, bukan hanya sebagai pertandingan belaka.

2. Hari Kaiso/Kaiso Day

Dikenang setiap bulan Mei di mana Doshin So meninggal dunia (Kaiso=Pendiri), merupakan hari di mana kita melaksanakan kegiatan sosial untuk mengimplementasikan ajaran kita, untuk mewujudkan apa yang telah diajarkan oleh Kaiso, di antaranya: latihan berpasangan, mempertimbangkan perasaan teman dan lawan serta saling menolong untuk mencapai kebahagiaan bersama (konsep Jita Kyoraku). Konsep ini tidak terbatas pada dojo tapi juga di rumah, tempat kerja dan lingkungan sekitar, tanpa memandang apakah tempat umum atau pribadi, saat muncul perasaan ingin menolong seseorang maka kita harus bertindak.

sumber: http://kempo.blog.unsoed.ac.id/2011/12/26/tokuhon-lambang-dan-kegiatan-shorinji-kempo/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar